KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah biologi tentang komunikasi sel.
Adapun makalah ilmiah biologi tentang komunikasi sel
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ilmiah biologi ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah
ilmiah biologi tentang komunikasi sel ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Bandung,
6 September 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu
bekerja dan membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan
yang lain. Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk
mengkoordinasikan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu
untuk berkembang. Mulai dari sel yang berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian
organ dan sistem yang menjalankan organisme untuk hidup.
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler
akan berinteraksi dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya.
Sinyal-sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang
biasanya dirubah oleh manusia.
Sinyal yang diterima sel, yang berasal dari sel lain atau dari
beberapa perubahan pada lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya.
Misalnya, sel dapat mengindera dan merespon sinyal elektromagnetik, seperti cahaya
dan sinyal mekanis, seperti sentuhan. Akan tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi
satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.
Kajian tentang persinyalan sel membantu untuk menjawab sejumlah
pertanyaan penting dalam biologis dan kedokteran, mulai dari perkembangan embriologis
sehingga kerja hormon untuk perkembangan kanker dan jenis penyakit lain.
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang mengenai interaksi sel diatas,
maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah seperti:
1. Bagaimana cara interaksi sel ?
2. Apa saja metode komunikasi sel ?
3. Bagaimana tahapan komunikasi sel
?
4. Bagaimana sinyal antarsel yang
diterima oleh second messenger ?
13 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan
tujuan dari makalah ini, seperti berikut:
1. Untuk mengetahui cairan interaksi
sel
2. Untuk mengetahui apa saja metode komunikasi
sel
3. Untuk mengetahui tahapan komunikasi
sel
4. Untuk mengetahui sinyal antarsel
yang diterima oleh second messenger.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTERAKSI
SEL
Salah
satu keuntungan besar dalam organisme multiseluler yaitu terdapatnya kebebasan
bagi sel-sel untuk mengadakan pengkhususan
fungsinya demi kebaikan organisme sebagai satu kesatuan. Pengkhususan itu bisa
berakibat pada dua kondisi yaitu:
1.
Kematian sel: penimbunan sel-sel keratin dalam permukaan
epidermis dan membentuk lapisan yang keras untuk melindungi tubuh terhadap
lingkungan.
2.
Pembentukan jaringan
yang pada gilirannya berubah menjadi suatu organ.
Semua sel dalam jaringan
berhubungan dengan makromolekul diluar sel
dinamakan matriks ekstraseluler.
Sedangkan hubungan antar sel dapat melalui penghubung sel / cell junction.
Selain untuk
berkomunikasi, penghubung sel pun berfungsi
mengisi celah ekstraseluler untuk
meneruskan impuls.
Ada 3 jenis
penghubung sel (cell junction) yaitu:
1.
Penghubung lekat
(Adhering junction)
- Struktur ini biasanya
dinamakan demosom.
- Ditemukan pada jaringan
yang banyak mendapat tekanan mekanik seperti otot jantung, epidermis kulit, dan
epitel rahim. Dalam sitoplasma sel ini
biasanya terdapat kumpulan filamen (sitoskleton()
2.
Penghubung tak tembus
(Impermeable junction)
-
Biasa disebut tight
junction
- Berperan membentuk
sawar dalam lapisan sel seperti pada
epitel selaput lendir usus yang menyebabkan bahan makanan di ruang usus
tidak dapat melalui celah diantara sel-sel epitel usus namun harus melalui
membran sel yang langsung berhadapan dengan ruang usus.
3.
Penghubung komunikasi
(Communicating junction)
-
Ada 2 jenis penghubung
yaitu gap junction dan sinapsis.
-
Fungsinya sebagai alat
komunikasi molekul dari satu sel ke sel
disekitarnya.
-
Gap junction merupakan
penghubung paling umum dari semua jenis hewan dan manusia.
-
Disusun oleh
saluran-saluran kecil yang menghubungkan langsung ruang dalam dari kedua
sel yang berdekatan. Permukaan kedua
membran sel dipisahkan oleh celah selebar 2-4nm yang dinamakan konekson.
Melalui konekson inilah terjadi
perindahan molekul kecil yang larut dalam air seperti ion anorganik,
asam amino, nukleotid dan vitamin. 3
-
Sementara sinapsis merupakan penghubung komunikasi dengan cara
salah satu pihak menghasilkan bahan kimia dan pihak lain menerima sinyal
tersebut dan dipisahkan dengan celah sebesar 20 nm.
2.2
KOMUNIKASI SEL
2.2.1
Pengertian
Menurut Prof. Subowo (1995) mengungkapkan bahwa komunikasi
sel adalah proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal menuju ke sel
target untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi jaringan,
mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.
2.2.2
Tipe
penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel
a. Endokrin
adalah sel target jauh dengan media hormon yang dibawa oleh pembuluh darah.
b. Parakrin
adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan dengan
melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan ) kedalam cairan
luar sel.
c. Autokrin,
adalah sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu sendiri
atau dengan kata lain sel penghasil mediator berperan juga sebagai sel sasaran.
d. Sinaptik adalah
tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel saraf melepaskan
molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga merangsang sel target.
2.2.1
Metoda
penyampaian sinyal
a. Komunikasi
langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan karena mentransfer
sinyal listrik (ion-ion)
b. Komunikasi
lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang dilepaskan kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun
kepada sel-sel yang berada jauh letaknya.
c. Komunikasi
jarak jauh adalah komunikasi yang berlangsung melalui sinyal
listrik yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon dan
neurohormon)
d. Dengan
membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma dari kedua sel yang
berkomunikasi tersebut.
2.2.1
Tahapan
komunikasi dalam sel
Dilihat
dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi 3
tahapan yaitu:
a.
Tahap
penerimaan (reception)
Pada tahapan ini sel target
mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal kimiawi
terdeteksi ketika molekul sinyal
berikatan dengan protein reseptor yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
b.
Tahap
pengikatan molekul (transduction)
Pada tahap ini molekul sinyal
memiliki bentuk yang komplamenter dengan situs reseptor yang melekat disitu
seperti anak kunci dalam gembok atau substrat dalam situs katalitik suatu
enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti ligan, istilah molekul yang berikatan
secara spesifik dengan molekul lain, seringkali yang berukurakan besar. Pengikatan ligan menyebabkan protein reseptor mengalami
perubahan bentuk. Umumnya efek pengikatan ligan menjadi agregasi kedua atau
lebih mengaktivasi reseptor lain berinteraksi dengan molekul lainnya.
c.
Tahap
responsif (response)
Pada tahapan ini sinyal yang ditrandusikan menyebabkan
aktivitas selular seperti glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton
ataupun aktivasi gen-gen spesifik dalam nukleus.
2.2.1
Jenis-jenis
reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma
A.
Reseptor
dalam membran sel
Sebagian besar molekul sinyal
larut-air berikatan pada protein reseptor dalam membran sel. Reseptor ini mentransmisikan informasi dari
lingkungan ekstraseluler ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat
berikatan dengan ligan.
Tiga tipe utama reseptor membran adalah:
1. Reseptor
saluran/gerbang ion; misalnya pada molekul neurotransmitter yang
dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf berikatan dengan saluran ion sehingga
menyebabkan saluran membuka dan memicu timbulnya sinyal listrik yang merambat
ke sel penerima.
2.
reseptor terikat enzim seperti
tirosin kinase
Kinase adalah enzim yang mengkatalis
transfer gugus fospat dari ATP ke asam amino tirosin
3.
reseptor terkopel protein G
Reseptor terkopel protein G adalah
reseptor membran plasma yang bekerja dengan bantuan protein G, protein yang
mengikat molekul GDP/ GTP yang kaya energi.
Banyak molekul sinyal yang berbeda menggunakan reseptor terkopel protein G.
Struktur molekulnya terdiri dari 7 heliks α, β danγ transmembran. Dalam keadaan
tidak aktif protein G mengikat GDP (guanosin
diposfat) melalui subunit α dipermukaan dalam dinding sel. Saat molekul sinyal
berikatan dengan sisi ekstraseluler maka protein G akan bergeser melepaskan GDP
dan diganti oleh molekul GTP. GTP kemudian mengaktivasi sub unit α untuk melepaskan diri.
dan berikatan dengan efektor lain yaitu adenilil siklase. Saat itulah memicu
langkahnya pada respon seluler. Perubahan
pada enzim dan protein G juga bersufat sementara karena protein G juga
berfungsi sebagai enzim GTP-ase maka sub unit α
akan menghidrolisis GTP menjadi GDP. Karena kini tidak aktif lagi
protein G meninggalkan enzim dan kembali ke kondisi awal.
Gb 1
Gb 2
B.
Reseptor
dalam intraseluler
Reseptor ini terletak pada sitoplasma
atau pada nukleus target. Untuk mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi
menembus membran plasma sel target. Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid
dan tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor
intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran sel
melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma
terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran
molekul kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut
dalam membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon
steroid (testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas
kecil oksida nitrat.
Mekanisme
jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon
seluler) seperti berikut:
·
Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon
disebut molekul relay (sebagian besar merupakan protein).
·
Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan
jalur pensinyalan (molekul sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).
Sinyal direlai sepanjang suatu jalur, artinya
informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap tahap sinyal ditransduksi menjadi
bentuk berbeda yaitu berupa perubahan konformasi suatu protein yang disebabkan
oleh fosforilasi.
Fosforilasi
protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan
mekanisme utama transduksi sinyal.
Jalur pensinyalan
bermula ketika molekul sinyal terikat pada reseptor eseptor ini kemudian
mengaktifkan satu molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1. Protein
kinase 1 aktif ini mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2
yang inaktif, sehingga akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya, protein
kinase 2 yang aktif ini mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein kinase
3. Akhirnya protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan
respons akhir sel atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran
gugus fosfat.
Molekul kecil dan ion
kecil tertentu merupakan komponen utama jalur pensinyalan (second messenger), seperti AMP siklik (cAMP) dan Ca2+, berdifusi
melalui sitosol sehingga membantu
memancarkan sinyal ke seluruh sel secara cepat.
Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut
respon keluaran. Respon sel terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas
dalam sitoplasma atau transkripsi dalam nukleus.
Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul
sinyal apa yang akan diresponnya dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram
merespon molekul sinyal dengan cara yang berbeda karena masing-masing memiliki
kumpulan protein yang berbeda. Diagram sel A merupakan diagram jalur
pensinyalan dengan satu respon tunggal. Diagram sel B merupakan diagram jalur
pensinyalan dengan jalur bercabang sehingga
memunculkan
dua respon yang berbeda. Diagram sel C merupakan diagram jalur pensinyalan
dengan reaksi saling-sapa di antara kedua jalur yang membuat sel dapat
memadukan informasi dari kedua sinyal yang berbeda. Diagram sel D merupakan
diagram jalur pensinyalan dengan reseptor yang berbeda dengan reseptor pada sel
A, B dan C.
2.2.6 Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang
mengikat reseptor membran
merupakan jalur first messenger. Second messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta dalam jalur yang diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua contoh second messenger yang paling banyak digunakan ialah:
a.
AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari membrane plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane
plasma sel hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang
disingkat AMP siklik atau cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran
ion tadi dapat membuat perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger
sekunder atau mediator intraseluler
yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein
kinase.
b. Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan,
termasuk neurotransmitter, faktor
pertumbuhan dan sejumlah hormon
menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi
ion kalsium sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion
kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai second messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas ion kalsium dari
RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosol terendah,
perubahan kecil pada jumlah
absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan yang relative
tinggi pada konsentrasi kalsium.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..............................................................................................
i
DAFTAR
ISI
........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
. ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
.............................................................. ..........2
1.3 Tujuan ..............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Interaksi sel …………………………………………………….3-4
2.2 Komunikasi sel…………………………………………………..4
2.2.1 Pengertian …………………………………………………….4
2.2.2
Tipe Penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel…….......4-5
2.2.3 Metoda Penyampaian Sinyal…………………………………...5-6
2.2.4 Tahapan Komunikasi Sel
............................................................6
2.2.5 Jenis-jenis Reseptor dan aktifitas sitoplasma…………………...7-11
2.3 Second Messenger…………………………………………….....11-12
BAB III
KESIMPULAN ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................
iii
DAFTAR PUSTAKA
1.
Subowo
(2012),BiologiSel, Bandung,CVAngkasa
2.
Campbell
Dan Reece.(2008), Biologyedisi 8, Jakarta, Erlangga.
3.
Ganong (1983), FisiologiKedokteran,
Jakarta, EGC.
4.
Guyton (1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,
Jakarta, EGC
KOMUNIKASI
SEL
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Biologi
Disusun oleh :
Kelompok III
Neni Rochmayati. S (220110140202)
Erlin Marlinda (220110140203)
Ida Rosida (220110140204)
Ana Ratnaningsih (220110140205)
Rochmah(220110140206)
Neni Mulyani(220110140207)
Bachtiar (220110140208)
Cencen H.S (220110140209)
M.Khairuddin (220110140210)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
terimakasih, bermanfaat sekali
ReplyDeletethank you gan...
ReplyDeleteBermanfaat sekali makalahnya, makasih semua
ReplyDelete