Apa itu skrining SRQ??????
Self Reporting Questionnaire (SRQ) merupakan alat untuk mengukur kondisi mental seseorang yang memiliki batasan waktu 30 hari (Idaiani,
Sapardin, & Susilowati, 2015).
SRQ juga merupakan alat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa dengan jawaban Ya dan Tidak untuk memudahkan masyarakat menjawab pertanyaan (suyoko 2012).
isi pertanyaan yang ada dalam SRQ mengarah pada keadaan gejala cemas, deprisi, kognitif, somatik, dan gejala penurunan energi.
Menurut Idaiani, Saparadin, & Sulistiowati, 2015, SRQ mungkin tidak dapat mendeteksi gangguan kesehatan jiwa pada individu yang memiliki riwayat penyakit mental maupun kejiwaan atau kondisi pada penderita gangguan jiwa.
SRQ digunakan pada penelitian Riskesdas 2013 untuk menilai gangguan mental emosional. SRQ teridiri dari 20 butir pertanyaan, di mana kuesioner
tersebut memiliki nilai batas 6, yaitu jika responden menjawab “ya”
30
sebanyak enam pertanyaan atau lebih, maka responden tersebut
diindikasikan mengalami gangguan mental emosional (Kemenkes RI,
2013).
Rincian pertenyaan SRQ menurut (Chereian, Peltzer, & Cherian (1998) dalam Idaiani, Suhardi, & Kristanto
(2009) ialah:
Pada pertanyaan no 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17 Menunjukan gejala Depresi
Pada pertanyaan no 3, 4, 5; Menunjukan gejala
Cemas
Pada pertanyaan no 1, 2, 7, 19; Menunjukan gejala Somatik
Pada pertanyaan no 8,
12, 13; Menunjukan Kognitif
Pada pertanyaan no 8, 11, 12, 13, 18, 20 Menunjukan gejala penurunan energi
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menggunakan Self Reporting
Questionnaire (SRQ), menunjukkan bahwa rata-rata 11,6% penduduk dari semua
provinsi di Indonesia, usia 15 tahun keatas, mengalami gangguan mental
emosional. SRQ ini diberikan ke 33 provinsi di Indonesia, yang terdiri dari 438
kabupaten atau kota (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Menurut Direktur Bina
Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan, Irmansyah, angka tersebut
menyebabkan kerugian ekonomi Indonesia hingga 20 triliun. Kerugian berasal
dari hilangnya produktivitas seseorang, serta beban ekonomi dan biaya kesehatan
yang harus ditanggung keluarga dan negara (Kompas, 2012).
Menurut Hidayat, Ingkiriwang, Andri, Asnawi, Widya, & Susanto
(2010), alat deteksi dini gangguan mental dapat menjadi salah satu upaya
membantu mengatasi permasalahan kesehatan mental di Indonesia. Selama ini,
kebanyakan pasien yang mengalami gangguan mental, terlebih dahulu datang ke
Puskesmas dengan berbagai keluhan yang tidak jelas dan terkait dengan kondisi
fisik (Retnowati, 2011).
Selain pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas gangguan mental emosional dapat terjadi kepada siapapun dan berbagai kalangan. Dengan beban kehidupan yang meningkat pada era globalisasi ini, dapat meningkatkan produktifitas dan beban kerja, sehingga memicu stressor yang ada dalam diri semakin banyak atau berat. Untuk menghindari hal tersebut meningkat pada fase lebih akut atau bersifat berkepanjangan maka perlu dilakukan skrining SRQ ini agar dapat mendeteksi lebih awal status mental emosional pada dirisendiri dan mengatasinya sedini mungkin.
Begitupun dalam situasi bekerja kita memerlukan sehat fisik, jasmani dan rohani artinya lebih spesifik kedalam sehat jiwa.
Kenapa dalam dunia bekerja memerlukan sehat jiwa???
Karena setiap orang yang bekerja atau dalam melakukan aktivitas pekerjaan membutuhkan aktivitas kerja yang baik (sehat jiwa) agar tetap bisa produktif dan berkontribusi dengan baik dimana ia bekerja, selain itu sehat jiwa berdampak pada hubungan relasi yang baik, poses diskusi dalam pemecahan masalah......jika jiwa tidak sehat maka dampaknya lebih sering terjadi konflik atau permasalahan dalam duania pekerjaan atau diri sendiri.
maka dari itu UPT Puskesmas Babakan Sari, melakukan skiring SRQ pada karyawan untuk menilai status mental emosional yang dapat berdampak pada produktivitas pekerjaan yang sedang dilakukan. dengan tujuan karyawan UPT Puskesmas Babakan Sari sehat jiwa, produktifitas kerja meningkat.
Karena menurut UU RI no 18 tahun 2014...
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara fisik, mental, sspiritual dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
karena setiap aspek kehidupan manusia membutuhkan derajat kesehatan jiwa yang baik untuk meningkatkan derajat kehidupan yang optimal....
SEHAT MULAI DARI DIRI KITA SENDIRI.....
Friday, June 28, 2019
Friday, June 14, 2019
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR (PTM)
DENGAN PENDEKATAN GERMAS
Penyakit Tidak Menular (PTM)
merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh infeks maupun kuman. Akan tetapi
PTM merupakan termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain: penyakit
jantung, diabetes melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Penyakit tidak menular (PTM)
merupakan salah satu penyakit yang harus lebih di perhatikan saat ini, karena
penyakit tidak menular menjadi penyebab meningkatnya jumlah angka kematian di
Indonesia. Data Rikesdas 2007 menunjukan di
perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%
sedangkan di pedesaan sebesar 11,5%. hal tersebut menunjukan PTM (terutama
stroke) menyerang pada usia produktif. sementara itu prevalensi PTM lainya
cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30,3%), penyakit jantung
(7,2%) dan cedera (7,5%).
Hal ini dipicu
berbagai faktor resiko, antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas fisik dan gaya hidup tidak sehat. Rikesdas 2007 melaporkan 34,7%
penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah
dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. selain berdampak pada kematian
PTM juga dapat menurunkan tingkat produktivitas pada masyarakat sehingga
berdampak pada beban pemerintah dalam Jaminan kesehatan.
Untuk dapat
mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) ini memerlukan beberapa stategi
khusus yaitu salah satu strategi dalam meningkatkan
pembangunan kesehatan dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat
termasuk dunia usaha (kelompok khusus) dalam bentuk gerakan masyarakat hidup
sehat (GERMAS). Gerakan masyarakat sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis, terencana dan terukur dengan
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat baik aparatur
sipil sampai perangkat daerah dalam membentuk suatu komitmen bersama sebagai
upaya pengendalian PTM untuk kualitas hidup yang sehat berdasarkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan dalam berprilaku sehat. pelaksanaan GERMAS ini harus
dilakukan mulai dari diri sendiri dan keluarga. karena perubahan perilaku
menuju sehatdapat dimulai dengan niat dan komitmen yang kuat dari diri sendiri
sehingga dapat memberikan motivasi kepada keluarga yang merupakan orang
terdekat serta bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk suatu kepribadian.
GERMAS dapat
dilakukan dengan cara : melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin,
membersihkan lingkungan serta menggunakan jamban. Namun terdapat 3 hal yang
menjadi prioritas utama yang dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri
yaitu : Aktivitas fisik 30 menit setiap harinya, makan sayur dan buah serta
istirahat yang cukup.
Hal tersebut
dapat dilakukan dengan bersikap CERDIK yaitu meliputi: cek kesehatan secara
rutin, enyahkan dari asap rokok, rajin olah raga, diet teratur, istirahat cukup
6-7 jam, kelola stres. Selain CERDIK dalam pengendalian PTM terdapat suatu
slogan yaitu PATUH: periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter,
atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet sehat
dengan gizi yang seimbang, upayakan beraktivitas fisik dengan aman, hindari
rokok, alkohol dan zat karsinogen lainya. bila manajemen kesehatan dengan
CERDIK dan PATUH ini dilakukan dengan setiap hari, baik oleh individu (diri
sendiri) maupun keluarga maka PTM dapat dicegah sedini mungkin atau dapat
terkendalikan.
Pengendalian PTM
selain dilakukan dengan cara tersebut, GERMAS ini memerlukan suatu pemberdayaan
dan peningkatan peran serta masyarakat yang di dukung oleh lintas sektor
setempat, yaitu dengan cara memberi
fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali
pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah di suatu masyarakat, dalam
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya yang terdapat
dalam masyarakat tersebut berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Untuk
menentukan prioritas masalah, merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai
kegiatan, peran serta masyarakat perlu dilibatkan sejak awal. Potensi dan
partisipasi masyarakat dapat digali dengan maksimal, sehingga solusi masalah
lebih efektif dan dapat menjamin kesinambungan kegiatan upaya pengendalian PTM
dengan dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat
yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.
Pengembangan Posbindu PTM
merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan, diselenggarakan
berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya
promotif dan preventif. POSBINDU PTM merupakan wujud peran serta masyarakat
dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindaklanjut dini faktor resiko
penyakit tidak menular (PTM) secara mandiri dan berkesinambungan. Dalam
pelaksanaan Posbindu PTM pengendalian penyakit PTM melalui gerakan masyarakat
sehat (GERMAS), dapat dilaksanakan saling bersamaan. Posbindu PTM berfungsi
sebagai pengingat atau ALRM masyarakat untuk selalu melakukan gerakan hidup
sehat, dan deteksi dini faktor resiko PTM. Selain hal tersebut dalam
pelaksanaan Posbindu PTM mencakup berbagai aspek dan generasi usia, yaitu mulai dari
usia remaja sampai dewasa akhir dan kelompok khusus baik kelompok remaja,
sekolah maupun pekerja. Pelaksanaan posbindu PTM ini meliputi skrining faktor
resiko (deteksi penyakit PTM pada diri sendiri dan keluarga, merokok atau
tidak, makan sayur dan buah, aktivitas fisik, minum alcohol), mengukur Berat
Badan, Tinggi Badan, Lingkar Perut, IMT, Mengukur Tekanan Darah, Cek kadar gula
dalam darah, melakukan pengukuran kadar lemak, pemeriksaan fungsi paru
sederhana, iva test dan sadari, konseling diet dan senam bersama. Posbindu PTM
ini dapat dilakukan dan di akses di berbagai tempat yaitu di keluarga (rumah
tangga), sekolah, tempat kerja, tempat umum, kelompok khusus dan Puskesmas.
Dalam penatalaksanaan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) ini semua
program di puskesmas harus saling terintegrasi dan berkesinambungan satu sama
lain, mulai dari kesehatan lingkungan, nutritionis, PTM, Kesehatan jiwa, KIA,
perkesmas, kesehatan olah raga, dll. Sehingga dapat dikemas dalam bentuk
sebagai intervesi keluarga sehat.
Saya sebagai Koordinator Program PTM di UPT
Puskesmasmas Babakan Sari Kota Bandung, yang mempunyai 44 Posbindu dimana
kegiatan Posbindu tersebut telah terintegrasi antara Posbindu PTM bersama
Posbindu Lansia, antusias masyarakat pun sangat meningkat dengan adanya
Posbindu PTM sehingga peminatan untuk pengadaan posbindu PTM di wilayah kerja
meningkat. Selain dilakukan skrining faktor resiko PTM di Posbindu, Puskesmas
juga melakukan skrining Faktor resiko di dalam gedung melalui Nursing Center
sebagai Pandu PTM yang bekerja sama dengan universitas keperawatan yang
melakukan pembinaan di wilayah kerja. Di Nursing center tidak hanya dilakukan
srining faktor resiko PTM namun dilakukan juga pelayanan Asma Terpadu (ASTER)
dengan menilai tingkat control pasien asma dalam mengendalikan kekambuhan
penyakit ASMA serta dilakukan penyuluhan pada pasien ASMA.
Bentuk pengendalian penyakit tidak menular tersebut, tidak
hanya sebatas dalam deteksi dini namun dapat dilakukan pelayanan secara
komperhenship dalam melakukan penatalaksanaan tindak lanjut bagi yang telah
terdeteksi penyakit PTM yaitu melalui program PERKESMAS. dalam program
perkesmas dilakukan kunjungan rumah secara rutin dan berkala sampai dengan
peningkatan status kesehatan keluarga mandiri, sesuai dengan pendekatan kasus
yang dibutuhkan melalui pendekatan keluarga sehat dan GERMAS. sehingga dukungan
keluarga dalam mengelola manajemen hidup sehat sangat berdampak dan terlihat
untuk penatalaksanaan jangka panjang dalam aspek keluarga.
Hal ini telah dilakukan di
puskesmas kami yaitu dengan melakukan pembinaan kepada pasien Diabetes Melitus
(DM) yang tidak terkontrol dan telah diketahui berdasarkan dari data hasil skrining PTM di
lapangan. Kunjungan rumah dilakukan oleh 4 orang tenaga kesehatan (Perawat, Nutrision,
Kesmas, Apoteker) secara bergantian dengan materi yang berbeda sesuai
kebutuhan. Mulai dari materi diet DM, perawatan kaki, gaya hidup sehat dan cara
minum obat. hal ini dilakukan secara bergantian dan berkesinambungan satu sama
lain dan diakhiri dengan evaluasi pemeriksaan kadar gula dalam darah di
Puskesmas. Dari pembinaan tersebut mendapatkan hasil pelayanan pengendalian pasien DM yang optimal, sehingga tingkat kontrol pasien DM meningkat baik dalam melakuka diet DM, olah raga teratur, dan kepatuhan minum obat dengan baik dan benar. Selain peningkatan kontrol pada pasien DM terlihat juga kadar gula darah yang stabil dan terkendali pada pasien DM. Sehingga dari hasil tersebut pelayanan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya pada pasien DM harus lebih ditingkatkan.
Begitupun pada
kelompok resiko tinggi maupun yang telah terdeteksi PTM dapat dicegah melalui
asuhan keperawatan kelompok dengan intervensi asuhan keperawatan dan
melibatkan berbagai tenaga medis lainya dengan cara melakukan kolaborasi
bersama berbagai pihak yang dilakukan secara berkelanjutan guna melihat tingkat
keberhasilan pencegahan maupun pengendalian PTM tersebut. UPT Puskesmas Babakan
Sari mempunyai suatu inovasi yaitu kelas hipertensi yang di sebut BERISI (bersama
ikuti kelas hipertensi) yang baru di uji coba pada satu RW di Kelurahan
Sukapura, dengan metode yang digunakan ialah memberikan pengetahuan kepada satu
kelompok yang terkena penyakit Hipertensi beserta kader kesehatan secara rutin
selama dua minggu sekali dengan tema yang berbeda dalam setiap pertemuanya.
sedangkan untuk penatalaksanaan pengendalian PTM pada tingkat yang lebih besar
dilakukan asuhan keperawatan masyarakat dengan melakukan survey mawas diri
maupun hasil data dari PIS-PK atau berdasarkan data hasil skrining faktor
resiko PTM dilakukan tabulasi data, kemudian data dibawa ke musyawarah
masyarakat untuk menilai, menganalisis, permasalahan PTM yang ada di wilayah
tersebut untuk memecahkan suatu masalah dengan menghasilkan solusi serta
melaksanakan hasil pemecahan masalah tersebut secara bersama.
Sehingga tujuan untuk pengendalian faktor resiko PTM dapat tercapai melalui peningkatan kemandirian masyarakat, demi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat yang mandiri dengan derajat kesehatan yang maksimal, terbebas dari PTM melalui GERMAS yang optimal, dalam bersikap CERDIK dan PATUH.
Sehingga tujuan untuk pengendalian faktor resiko PTM dapat tercapai melalui peningkatan kemandirian masyarakat, demi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat yang mandiri dengan derajat kesehatan yang maksimal, terbebas dari PTM melalui GERMAS yang optimal, dalam bersikap CERDIK dan PATUH.
Thursday, January 10, 2019
Apa itu kunjungan rumah secara Colaboratif dan Integratif???\
Asuhan keperawatan yang di lakukan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasien sampai terdapat peningkatan kemandirian pada pasien..
Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien penderita diabetes melitus yang diketahui keadaannya dari kunjungan PIS-PK
Pasien ini tidak mendapatkan pengobatan rutin bahkan tidak mengetahui program prolanis sehingga perlu dilakukan Asuhan Keperawatan yang berkesinambungan dengan melakukan manajemen Diabetes Melitus
1. Pasien di dapatkan dari kunjungan PIS PK ataupun pasien yang berkunjung ke Puskesmas yang baru terdeteksi Diabetes Melitus
2. Pasien diberikan layanan konseling kesehatan mengenai penyakit Diabetes Melitus dan Komplikasi penyakit Diabetes oleh dokter yang bertugas di Ruang Nursing Center
3. Pasien di beri resep oleh dokter, dan dilakukan kontrak waktu selanjutnya untuk kunjungan rumah
4. Tahap kunjungan rumah pertama, saatnya berkolaborasi...........yaitu dilakukan oleh Nutrisionis , sebelum melakukan intervensi Nutrisionis mengulas selintas dan melakukan evaluasi mengenai tentang penyakit dan komplikasi Diabetes, kemudian melanjutkan intervensi dengan tema diet diabetes dan olah raga teratur...
5. Tahap kunjungan rumah kedua, dilakukan oleh Apoteker.....sebelum melakukan intervensi, mengulang selintas materi sebelumnya mengenai diet hipertensi dan olah raga teratur, serta menanyakan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. selanjutnya melakukan intervensi sesuai Tupoksi yaitu membahas mengenai 5 benar cara minum obat, dan fungsi kegunaan obat Diabetes melitus......
6. Tahap kunjungan rumah ketiga, dilakukan oleh Perawat.......Sebelum melanjutkan intervensi, perawat mengulang selintas materi sebelumnya mengenai cara minum obat dan menanyakan hambatan dari minum obat, kemudian melakukan intervensi perawatan kaki dengan menjelaskan perawatan kaki, tanda gejala infeksi luka, penyebab luka, cara memotong kuku, memilih sepatu, senam kaki pada penderita Diabetes Melitus...
7. Tahap kunjungan rumah ke empat dilakukan oleh perawat , membahas pertemuan sebelumnya mengenai perawatan kaki, menanyakan hambatan perawatan kaki dan selanjutnya melakukan intervensi dengan membahas gaya hidup sehat.. dan melakuna kontrak waktu selanjutnya untuk melakunan evaluasi berkunjung ke Puskesmas untuk periksa Gula Darah
8. Tahap selanjutnya pasien datang ke Puskesmas dengan pemeriksaan lab, dan disarankan ke Ruang NC untuk dilakukan evaluasi baik penyakitnya maupun peningkatan kemandirian pada keluarganya..............
dan semua hal tersebut tertuang dalam Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus
HOME | ARTIKEL | FOTO |
Diary Cococcive Care 3
KEGIATAN KONSELING DALAM GEDUNG...............
Dengan tema kolaborasi, kebetulan dalam satu hari kami kedatangan beberapa tamu yang ingin melakukan layanan dalam konsultasi kesehatan
1. ibu ini datang ke layanan sentra keperawatan cococive care ingin berkonsultasi yang cemas dengan keadaan nya, sehingga membutuhkan teknik relaksasi dan distraksi dalam implementasi keperawatan
Dengan tema kolaborasi, kebetulan dalam satu hari kami kedatangan beberapa tamu yang ingin melakukan layanan dalam konsultasi kesehatan
1. ibu ini datang ke layanan sentra keperawatan cococive care ingin berkonsultasi yang cemas dengan keadaan nya, sehingga membutuhkan teknik relaksasi dan distraksi dalam implementasi keperawatan
2. Pelayanan konsultasi dilakukan juga oleh nutrision (Ahli Gizi) pada orang tua dengan gizi kurang atau stanting, sesuai tujuan kita menurunkan angka stunting....yang nantinya akan berlanjut pada pelayanan komperhensive dengan kunjungan rumah
3. Konseling HIV sangat di butuuhkan baik bagi penderita maupun tersangka, dan dilakukan oleh konselor yang terlatih
3. Selain pada orang sakit, kita juga mencegah orang sehat menjadi sakit dan agar tetap sehat, seperti adik -adik dari smp ini yang sengaja mau medical cake up dan berkonsultasi ke ruang nursing center mengenai beberapa penyakit tidak menular yang lagi trend saat ini
Semua ini akan menjadi PR untuk perawatan lanjutan secara komprehensif bagi yang membutuhkan asuhan keperawatan untuk mewujudkan keluarga sehat dan mandiri serta produktif
HOME | ARTIKEL | FOTO |
Diary Cococive Care 2
Nursing Center (Sentra Keperawatan) COCOCIVE CARE UPT Puskesmas Babakan Sari di resmikan pada tanggal 18 Desember 2018 oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung. Alasan berdirinya Nursing Center Cococive Care adalah:
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kondisi
masyarakat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan optimal. Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Hal ini hanya
dapat dicapai bila
masyarakat baik secara
individu maupun kelompok berperan serta untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehatnya, baik sehat secara individu maupun lingkungannya.
Dalam rencana strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019 yang menegaskan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). PIS-PK dilaksanakan
oleh Puskesmas dengan ciri sebagai berikut:
1) Sasaran utama adalah Keluarga
2) Mengutamakan upaya Promotif-Preventif, disertai penguatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
3) Kunjungan rumah dilakukan Pusksmas secara aktif untuk peningkatan
outreach dan total coverage; dan
4) Pendekatan siklus kehidupan atau life cycle approach.
Metode ini
merupakan bukan hal baru yang ada di puskesmas, melainkan sebelumnya
sudah terbentuk dalam program perkesmas di puskesmas. Sesuai upaya Perkesmas diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dapat lebih bermutu karena diberikan secara holistik, komprehensif pada semua
tingkat pencegahan terpadu, dan berkesinambungan.
Sehingga di bentuklah
suatu inovasi dalam program perkesmas yaitu sentra keperawatan (nursing center)
guna mencapai pelayanan kesehatan yang lebih bermutu secara holistik, komperhensif pada semua
timgkat pencegahan, guna ter wujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan
optimal. Sentra keperawatan ini kami kembangkang menjadi
pelayanan yang bersifat kolaborasi agar masyarakat dapat diberikan layanan yang
lebih optimal dengan tujuan stastus kemandirian masyarakat dapat bertambah,
sentar keperawatan ini kami memberikan nama COCOCIVE CARE
(conseling, colaboration, comprehensive)
1.
Pelayanan
keperawatan
Perawat sebagai pemberi layanan
asuhan keperawatan di komunitas, baik pada individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat.
2.
Kolaborasi
Kegiatan konseling yang
berkesinambungan, sehingga menghasilkan suatu kolaborasi dalam melakukan asuhan
keperawatan, ataupun pelayanan kesehatan yang di lakukan oleh beberapa tenaga
kesehatan antara lain dokter, perawat, bidan, gizi, sanitarian.
3.
Pendidikan
Cococive Care sebagai ranah dalam
sistem pendidikan baik keperawatan maupun
dokter layanan primer, dalam memberikan suatu konseling kesehatan sampai
dengan memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan yang sama yaitu
meningkatkan status kemandirian pada pasien
4.
Penelitian
Sebagai suatu profesi, Perawat
bertanggung jawab atas kualitas pelayanan yang di berikan kepada pasien
sehingga diperlukan kegiatan penelitian, dan hasil penelitian keperawatan dapat
di gunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pendidikan dan organisasi profesi
agar dapat menopang penelitian sebagai kebutuhan dan tuntunan masyarakat.
Tujuan dari Nursing Center COCOCIVE CARE adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang holistik dengan sistem kolaborasi dan konperhensif.
2. Terselenggaranya sistem pendidikan yang berkualitas
3. Tersusunnya rencana dan pelaksanaan penelitian keperawatan secara berkualitas dengan efektif dan efisien
4. Tersusunya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian ilmiah
Peresmian bersama Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD
Tujuan dari Nursing Center COCOCIVE CARE adalah:
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang holistik dengan sistem kolaborasi dan konperhensif.
2. Terselenggaranya sistem pendidikan yang berkualitas
3. Tersusunnya rencana dan pelaksanaan penelitian keperawatan secara berkualitas dengan efektif dan efisien
4. Tersusunya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian ilmiah
Peresmian bersama Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD
Peresmian bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Tim Kesga Dinas Kesehatan Kota Bandung, Camat Kiara Condong, IPPKI, UNPAD, BSI Fak Keperawatan...
Semoga kami dapat mewujudkan cita - cita kami dalam meningkatkan kemandirian kesehatan masyarakat....
Semoga kami dapat mewujudkan cita - cita kami dalam meningkatkan kemandirian kesehatan masyarakat....
I
HOME | ARTIKEL | FOTO |
Diary Cococcive Care 1
Subscribe to:
Posts (Atom)