Friday, June 14, 2019


UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

DENGAN PENDEKATAN GERMAS


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh infeks maupun kuman. Akan tetapi PTM merupakan termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain:  penyakit jantung, diabetes melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu penyakit yang harus lebih di perhatikan saat ini, karena penyakit tidak menular menjadi penyebab meningkatnya jumlah angka kematian di Indonesia. Data Rikesdas 2007 menunjukan di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9% sedangkan di pedesaan sebesar 11,5%. hal tersebut menunjukan PTM (terutama stroke) menyerang pada usia produktif. sementara itu prevalensi PTM lainya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30,3%), penyakit jantung (7,2%) dan cedera (7,5%).

Hal ini dipicu berbagai faktor resiko, antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik dan gaya hidup tidak sehat. Rikesdas 2007 melaporkan 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. selain berdampak pada kematian PTM juga dapat menurunkan tingkat produktivitas pada masyarakat sehingga berdampak pada beban pemerintah dalam Jaminan kesehatan.

Untuk dapat mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) ini memerlukan beberapa stategi khusus yaitu salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha (kelompok khusus) dalam bentuk gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Gerakan masyarakat sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis, terencana dan terukur dengan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat baik aparatur sipil sampai perangkat daerah dalam membentuk suatu komitmen bersama sebagai upaya pengendalian PTM untuk kualitas hidup yang sehat berdasarkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam berprilaku sehat. pelaksanaan GERMAS ini harus dilakukan mulai dari diri sendiri dan keluarga. karena perubahan perilaku menuju sehatdapat dimulai dengan niat dan komitmen yang kuat dari diri sendiri sehingga dapat memberikan motivasi kepada keluarga yang merupakan orang terdekat serta bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk suatu kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara : melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan serta menggunakan jamban. Namun terdapat 3 hal yang menjadi prioritas utama yang dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri yaitu : Aktivitas fisik 30 menit setiap harinya, makan sayur dan buah serta istirahat yang cukup.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan bersikap CERDIK yaitu meliputi: cek kesehatan secara rutin, enyahkan dari asap rokok, rajin olah raga, diet teratur, istirahat cukup 6-7 jam, kelola stres. Selain CERDIK dalam pengendalian PTM terdapat suatu slogan yaitu PATUH: periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet sehat dengan gizi yang seimbang, upayakan beraktivitas fisik dengan aman, hindari rokok, alkohol dan zat karsinogen lainya. bila manajemen kesehatan dengan CERDIK dan PATUH ini dilakukan dengan setiap hari, baik oleh individu (diri sendiri) maupun keluarga maka PTM dapat dicegah sedini mungkin atau dapat terkendalikan.
Pengendalian PTM selain dilakukan dengan cara tersebut, GERMAS ini memerlukan suatu pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat yang di dukung oleh lintas sektor setempat, yaitu dengan cara memberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah di suatu masyarakat, dalam mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya yang terdapat dalam masyarakat tersebut berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Untuk menentukan prioritas masalah, merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai kegiatan, peran serta masyarakat perlu dilibatkan sejak awal. Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan maksimal, sehingga solusi masalah lebih efektif dan dapat menjamin kesinambungan kegiatan upaya pengendalian PTM dengan dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif. POSBINDU PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindaklanjut dini faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) secara mandiri dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaan Posbindu PTM pengendalian penyakit PTM melalui gerakan masyarakat sehat (GERMAS), dapat dilaksanakan saling bersamaan. Posbindu PTM berfungsi sebagai pengingat atau ALRM masyarakat untuk selalu melakukan gerakan hidup sehat, dan deteksi dini faktor resiko PTM. Selain hal tersebut dalam pelaksanaan Posbindu PTM mencakup berbagai aspek dan generasi usia, yaitu mulai dari usia remaja sampai dewasa akhir dan kelompok khusus baik kelompok remaja, sekolah maupun pekerja. Pelaksanaan posbindu PTM ini meliputi skrining faktor resiko (deteksi penyakit PTM pada diri sendiri dan keluarga, merokok atau tidak, makan sayur dan buah, aktivitas fisik, minum alcohol), mengukur Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Perut, IMT, Mengukur Tekanan Darah, Cek kadar gula dalam darah, melakukan pengukuran kadar lemak, pemeriksaan fungsi paru sederhana, iva test dan sadari, konseling diet dan senam bersama. Posbindu PTM ini dapat dilakukan dan di akses di berbagai tempat yaitu di keluarga (rumah tangga), sekolah, tempat kerja, tempat umum, kelompok khusus dan Puskesmas. Dalam penatalaksanaan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) ini semua program di puskesmas harus saling terintegrasi dan berkesinambungan satu sama lain, mulai dari kesehatan lingkungan, nutritionis, PTM, Kesehatan jiwa, KIA, perkesmas, kesehatan olah raga, dll. Sehingga dapat dikemas dalam bentuk sebagai intervesi keluarga sehat.


Saya sebagai Koordinator Program PTM di UPT Puskesmasmas Babakan Sari Kota Bandung, yang mempunyai 44 Posbindu dimana kegiatan Posbindu tersebut telah terintegrasi antara Posbindu PTM bersama Posbindu Lansia, antusias masyarakat pun sangat meningkat dengan adanya Posbindu PTM sehingga peminatan untuk pengadaan posbindu PTM di wilayah kerja meningkat. Selain dilakukan skrining faktor resiko PTM di Posbindu, Puskesmas juga melakukan skrining Faktor resiko di dalam gedung melalui Nursing Center sebagai Pandu PTM yang bekerja sama dengan universitas keperawatan yang melakukan pembinaan di wilayah kerja. Di Nursing center tidak hanya dilakukan srining faktor resiko PTM namun dilakukan juga pelayanan Asma Terpadu (ASTER) dengan menilai tingkat control pasien asma dalam mengendalikan kekambuhan penyakit ASMA serta dilakukan penyuluhan pada pasien ASMA.


Bentuk pengendalian penyakit tidak menular tersebut, tidak hanya sebatas dalam deteksi dini namun dapat dilakukan pelayanan secara komperhenship dalam melakukan penatalaksanaan tindak lanjut bagi yang telah terdeteksi penyakit PTM yaitu melalui program PERKESMAS. dalam program perkesmas dilakukan kunjungan rumah secara rutin dan berkala sampai dengan peningkatan status kesehatan keluarga mandiri, sesuai dengan pendekatan kasus yang dibutuhkan melalui pendekatan keluarga sehat dan GERMAS. sehingga dukungan keluarga dalam mengelola manajemen hidup sehat sangat berdampak dan terlihat untuk penatalaksanaan jangka panjang dalam aspek keluarga.
Hal ini telah dilakukan di puskesmas kami yaitu dengan melakukan pembinaan kepada pasien Diabetes Melitus (DM) yang tidak terkontrol dan telah diketahui berdasarkan dari data hasil skrining PTM di lapangan. Kunjungan rumah dilakukan oleh 4 orang tenaga kesehatan (Perawat, Nutrision, Kesmas, Apoteker) secara bergantian dengan materi yang berbeda sesuai kebutuhan.  Mulai dari materi diet DM, perawatan kaki, gaya hidup sehat dan cara minum obat. hal ini dilakukan secara bergantian dan berkesinambungan satu sama lain dan diakhiri dengan evaluasi pemeriksaan kadar gula dalam darah di Puskesmas. Dari pembinaan tersebut mendapatkan hasil pelayanan pengendalian pasien DM yang optimal, sehingga tingkat kontrol pasien DM meningkat baik dalam melakuka diet DM, olah raga teratur, dan kepatuhan minum obat dengan baik dan benar. Selain peningkatan kontrol pada pasien DM terlihat juga kadar gula darah yang stabil dan terkendali pada pasien DM. Sehingga dari hasil tersebut pelayanan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya pada pasien DM harus lebih ditingkatkan.


Begitupun pada kelompok resiko tinggi maupun yang telah terdeteksi PTM dapat dicegah melalui asuhan keperawatan kelompok dengan intervensi asuhan keperawatan dan melibatkan berbagai tenaga medis lainya dengan cara melakukan kolaborasi bersama berbagai pihak yang dilakukan secara berkelanjutan guna melihat tingkat keberhasilan pencegahan maupun pengendalian PTM tersebut. UPT Puskesmas Babakan Sari mempunyai suatu inovasi yaitu kelas hipertensi yang di sebut BERISI (bersama ikuti kelas hipertensi) yang baru di uji coba pada satu RW di Kelurahan Sukapura, dengan metode yang digunakan ialah memberikan pengetahuan kepada satu kelompok yang terkena penyakit Hipertensi beserta kader kesehatan secara rutin selama dua minggu sekali dengan tema yang berbeda dalam setiap pertemuanya. sedangkan untuk penatalaksanaan pengendalian PTM pada tingkat yang lebih besar dilakukan asuhan keperawatan masyarakat dengan melakukan survey mawas diri maupun hasil data dari PIS-PK atau berdasarkan data hasil skrining faktor resiko PTM dilakukan tabulasi data, kemudian data dibawa ke musyawarah masyarakat untuk menilai, menganalisis, permasalahan PTM yang ada di wilayah tersebut untuk memecahkan suatu masalah dengan menghasilkan solusi serta melaksanakan hasil pemecahan masalah tersebut secara bersama. 
Sehingga tujuan untuk pengendalian faktor resiko PTM dapat tercapai melalui peningkatan kemandirian masyarakat, demi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat yang mandiri dengan derajat kesehatan yang maksimal, terbebas dari PTM melalui GERMAS yang optimal, dalam bersikap CERDIK dan PATUH.



No comments:

Post a Comment