Friday, June 28, 2019

Sehat Jiwa dengan skrining SRQ di UPT Puskesmas Babakan Sari

Apa itu skrining SRQ??????

Self Reporting Questionnaire (SRQ) merupakan alat untuk mengukur kondisi mental seseorang yang memiliki batasan waktu 30 hari (Idaiani, Sapardin, & Susilowati, 2015).
SRQ juga merupakan alat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa dengan jawaban Ya dan Tidak untuk memudahkan masyarakat menjawab pertanyaan (suyoko 2012).
isi pertanyaan yang ada dalam SRQ mengarah pada keadaan gejala cemas, deprisi, kognitif, somatik, dan gejala penurunan energi.

Menurut Idaiani, Saparadin, & Sulistiowati, 2015, SRQ mungkin tidak dapat mendeteksi gangguan kesehatan jiwa pada individu yang memiliki riwayat penyakit mental maupun kejiwaan atau kondisi pada penderita gangguan jiwa.

SRQ digunakan pada penelitian Riskesdas 2013 untuk menilai gangguan mental emosional. SRQ teridiri dari 20 butir pertanyaan, di mana kuesioner tersebut memiliki nilai batas 6, yaitu jika responden menjawab “ya” 30 sebanyak enam pertanyaan atau lebih, maka responden tersebut diindikasikan mengalami gangguan mental emosional (Kemenkes RI, 2013).

Rincian pertenyaan SRQ menurut (Chereian, Peltzer, & Cherian (1998) dalam Idaiani, Suhardi, & Kristanto (2009) ialah:
Pada pertanyaan no 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17 Menunjukan gejala Depresi
Pada pertanyaan no 3, 4, 5; Menunjukan gejala Cemas
Pada pertanyaan no 1, 2, 7, 19; Menunjukan gejala Somatik
Pada pertanyaan no  8, 12, 13; Menunjukan Kognitif
Pada pertanyaan no  8, 11, 12, 13, 18, 20 Menunjukan gejala penurunan energi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menggunakan Self Reporting Questionnaire (SRQ), menunjukkan bahwa rata-rata 11,6% penduduk dari semua provinsi di Indonesia, usia 15 tahun keatas, mengalami gangguan mental emosional. SRQ ini diberikan ke 33 provinsi di Indonesia, yang terdiri dari 438 kabupaten atau kota (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Menurut Direktur Bina Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan, Irmansyah, angka tersebut menyebabkan kerugian ekonomi Indonesia hingga 20 triliun. Kerugian berasal dari hilangnya produktivitas seseorang, serta beban ekonomi dan biaya kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan negara (Kompas, 2012).

Menurut Hidayat, Ingkiriwang, Andri, Asnawi, Widya, & Susanto (2010), alat deteksi dini gangguan mental dapat menjadi salah satu upaya membantu mengatasi permasalahan kesehatan mental di Indonesia. Selama ini, kebanyakan pasien yang mengalami gangguan mental, terlebih dahulu datang ke Puskesmas dengan berbagai keluhan yang tidak jelas dan terkait dengan kondisi fisik (Retnowati, 2011).

Selain pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas gangguan mental emosional dapat terjadi kepada siapapun dan berbagai kalangan. Dengan beban kehidupan yang meningkat pada era globalisasi ini, dapat meningkatkan produktifitas dan beban kerja, sehingga memicu stressor yang ada dalam diri semakin banyak atau berat. Untuk menghindari hal tersebut meningkat pada fase lebih akut atau bersifat berkepanjangan maka perlu dilakukan skrining SRQ ini agar dapat mendeteksi lebih awal status mental emosional pada dirisendiri dan mengatasinya sedini mungkin.
Begitupun dalam situasi bekerja kita memerlukan sehat fisik, jasmani dan rohani artinya lebih spesifik kedalam sehat jiwa.
Kenapa dalam dunia bekerja memerlukan sehat jiwa???
Karena setiap orang yang bekerja atau dalam melakukan aktivitas pekerjaan membutuhkan aktivitas kerja yang baik (sehat jiwa) agar tetap bisa produktif dan berkontribusi dengan baik dimana ia bekerja, selain itu sehat jiwa berdampak pada hubungan relasi yang baik, poses diskusi dalam pemecahan masalah......jika jiwa tidak sehat maka dampaknya lebih sering terjadi konflik atau permasalahan dalam duania pekerjaan atau diri sendiri.

maka dari itu UPT Puskesmas Babakan Sari, melakukan skiring SRQ pada karyawan untuk menilai status mental emosional yang dapat berdampak pada produktivitas pekerjaan yang sedang dilakukan. dengan tujuan karyawan UPT Puskesmas Babakan Sari sehat jiwa, produktifitas kerja meningkat.


Karena menurut UU RI no 18 tahun 2014...
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana individu dapat berkembang secara fisik, mental, sspiritual dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

karena setiap aspek kehidupan manusia membutuhkan derajat kesehatan jiwa yang baik untuk meningkatkan derajat kehidupan yang optimal....


SEHAT MULAI DARI DIRI KITA SENDIRI.....


 


Friday, June 14, 2019


UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

DENGAN PENDEKATAN GERMAS


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh infeks maupun kuman. Akan tetapi PTM merupakan termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain:  penyakit jantung, diabetes melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu penyakit yang harus lebih di perhatikan saat ini, karena penyakit tidak menular menjadi penyebab meningkatnya jumlah angka kematian di Indonesia. Data Rikesdas 2007 menunjukan di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9% sedangkan di pedesaan sebesar 11,5%. hal tersebut menunjukan PTM (terutama stroke) menyerang pada usia produktif. sementara itu prevalensi PTM lainya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30,3%), penyakit jantung (7,2%) dan cedera (7,5%).

Hal ini dipicu berbagai faktor resiko, antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik dan gaya hidup tidak sehat. Rikesdas 2007 melaporkan 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. selain berdampak pada kematian PTM juga dapat menurunkan tingkat produktivitas pada masyarakat sehingga berdampak pada beban pemerintah dalam Jaminan kesehatan.

Untuk dapat mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) ini memerlukan beberapa stategi khusus yaitu salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha (kelompok khusus) dalam bentuk gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Gerakan masyarakat sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis, terencana dan terukur dengan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat baik aparatur sipil sampai perangkat daerah dalam membentuk suatu komitmen bersama sebagai upaya pengendalian PTM untuk kualitas hidup yang sehat berdasarkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam berprilaku sehat. pelaksanaan GERMAS ini harus dilakukan mulai dari diri sendiri dan keluarga. karena perubahan perilaku menuju sehatdapat dimulai dengan niat dan komitmen yang kuat dari diri sendiri sehingga dapat memberikan motivasi kepada keluarga yang merupakan orang terdekat serta bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk suatu kepribadian.

GERMAS dapat dilakukan dengan cara : melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan serta menggunakan jamban. Namun terdapat 3 hal yang menjadi prioritas utama yang dapat dilakukan secara mandiri oleh diri sendiri yaitu : Aktivitas fisik 30 menit setiap harinya, makan sayur dan buah serta istirahat yang cukup.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan bersikap CERDIK yaitu meliputi: cek kesehatan secara rutin, enyahkan dari asap rokok, rajin olah raga, diet teratur, istirahat cukup 6-7 jam, kelola stres. Selain CERDIK dalam pengendalian PTM terdapat suatu slogan yaitu PATUH: periksa kesehatan secara rutin dan ikut anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, tetap diet sehat dengan gizi yang seimbang, upayakan beraktivitas fisik dengan aman, hindari rokok, alkohol dan zat karsinogen lainya. bila manajemen kesehatan dengan CERDIK dan PATUH ini dilakukan dengan setiap hari, baik oleh individu (diri sendiri) maupun keluarga maka PTM dapat dicegah sedini mungkin atau dapat terkendalikan.
Pengendalian PTM selain dilakukan dengan cara tersebut, GERMAS ini memerlukan suatu pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat yang di dukung oleh lintas sektor setempat, yaitu dengan cara memberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah di suatu masyarakat, dalam mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya yang terdapat dalam masyarakat tersebut berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Untuk menentukan prioritas masalah, merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai kegiatan, peran serta masyarakat perlu dilibatkan sejak awal. Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan maksimal, sehingga solusi masalah lebih efektif dan dapat menjamin kesinambungan kegiatan upaya pengendalian PTM dengan dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM.

Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif. POSBINDU PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindaklanjut dini faktor resiko penyakit tidak menular (PTM) secara mandiri dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaan Posbindu PTM pengendalian penyakit PTM melalui gerakan masyarakat sehat (GERMAS), dapat dilaksanakan saling bersamaan. Posbindu PTM berfungsi sebagai pengingat atau ALRM masyarakat untuk selalu melakukan gerakan hidup sehat, dan deteksi dini faktor resiko PTM. Selain hal tersebut dalam pelaksanaan Posbindu PTM mencakup berbagai aspek dan generasi usia, yaitu mulai dari usia remaja sampai dewasa akhir dan kelompok khusus baik kelompok remaja, sekolah maupun pekerja. Pelaksanaan posbindu PTM ini meliputi skrining faktor resiko (deteksi penyakit PTM pada diri sendiri dan keluarga, merokok atau tidak, makan sayur dan buah, aktivitas fisik, minum alcohol), mengukur Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Perut, IMT, Mengukur Tekanan Darah, Cek kadar gula dalam darah, melakukan pengukuran kadar lemak, pemeriksaan fungsi paru sederhana, iva test dan sadari, konseling diet dan senam bersama. Posbindu PTM ini dapat dilakukan dan di akses di berbagai tempat yaitu di keluarga (rumah tangga), sekolah, tempat kerja, tempat umum, kelompok khusus dan Puskesmas. Dalam penatalaksanaan pengendalian penyakit tidak menular (PTM) ini semua program di puskesmas harus saling terintegrasi dan berkesinambungan satu sama lain, mulai dari kesehatan lingkungan, nutritionis, PTM, Kesehatan jiwa, KIA, perkesmas, kesehatan olah raga, dll. Sehingga dapat dikemas dalam bentuk sebagai intervesi keluarga sehat.


Saya sebagai Koordinator Program PTM di UPT Puskesmasmas Babakan Sari Kota Bandung, yang mempunyai 44 Posbindu dimana kegiatan Posbindu tersebut telah terintegrasi antara Posbindu PTM bersama Posbindu Lansia, antusias masyarakat pun sangat meningkat dengan adanya Posbindu PTM sehingga peminatan untuk pengadaan posbindu PTM di wilayah kerja meningkat. Selain dilakukan skrining faktor resiko PTM di Posbindu, Puskesmas juga melakukan skrining Faktor resiko di dalam gedung melalui Nursing Center sebagai Pandu PTM yang bekerja sama dengan universitas keperawatan yang melakukan pembinaan di wilayah kerja. Di Nursing center tidak hanya dilakukan srining faktor resiko PTM namun dilakukan juga pelayanan Asma Terpadu (ASTER) dengan menilai tingkat control pasien asma dalam mengendalikan kekambuhan penyakit ASMA serta dilakukan penyuluhan pada pasien ASMA.


Bentuk pengendalian penyakit tidak menular tersebut, tidak hanya sebatas dalam deteksi dini namun dapat dilakukan pelayanan secara komperhenship dalam melakukan penatalaksanaan tindak lanjut bagi yang telah terdeteksi penyakit PTM yaitu melalui program PERKESMAS. dalam program perkesmas dilakukan kunjungan rumah secara rutin dan berkala sampai dengan peningkatan status kesehatan keluarga mandiri, sesuai dengan pendekatan kasus yang dibutuhkan melalui pendekatan keluarga sehat dan GERMAS. sehingga dukungan keluarga dalam mengelola manajemen hidup sehat sangat berdampak dan terlihat untuk penatalaksanaan jangka panjang dalam aspek keluarga.
Hal ini telah dilakukan di puskesmas kami yaitu dengan melakukan pembinaan kepada pasien Diabetes Melitus (DM) yang tidak terkontrol dan telah diketahui berdasarkan dari data hasil skrining PTM di lapangan. Kunjungan rumah dilakukan oleh 4 orang tenaga kesehatan (Perawat, Nutrision, Kesmas, Apoteker) secara bergantian dengan materi yang berbeda sesuai kebutuhan.  Mulai dari materi diet DM, perawatan kaki, gaya hidup sehat dan cara minum obat. hal ini dilakukan secara bergantian dan berkesinambungan satu sama lain dan diakhiri dengan evaluasi pemeriksaan kadar gula dalam darah di Puskesmas. Dari pembinaan tersebut mendapatkan hasil pelayanan pengendalian pasien DM yang optimal, sehingga tingkat kontrol pasien DM meningkat baik dalam melakuka diet DM, olah raga teratur, dan kepatuhan minum obat dengan baik dan benar. Selain peningkatan kontrol pada pasien DM terlihat juga kadar gula darah yang stabil dan terkendali pada pasien DM. Sehingga dari hasil tersebut pelayanan pencegahan dan pengendalian PTM khususnya pada pasien DM harus lebih ditingkatkan.


Begitupun pada kelompok resiko tinggi maupun yang telah terdeteksi PTM dapat dicegah melalui asuhan keperawatan kelompok dengan intervensi asuhan keperawatan dan melibatkan berbagai tenaga medis lainya dengan cara melakukan kolaborasi bersama berbagai pihak yang dilakukan secara berkelanjutan guna melihat tingkat keberhasilan pencegahan maupun pengendalian PTM tersebut. UPT Puskesmas Babakan Sari mempunyai suatu inovasi yaitu kelas hipertensi yang di sebut BERISI (bersama ikuti kelas hipertensi) yang baru di uji coba pada satu RW di Kelurahan Sukapura, dengan metode yang digunakan ialah memberikan pengetahuan kepada satu kelompok yang terkena penyakit Hipertensi beserta kader kesehatan secara rutin selama dua minggu sekali dengan tema yang berbeda dalam setiap pertemuanya. sedangkan untuk penatalaksanaan pengendalian PTM pada tingkat yang lebih besar dilakukan asuhan keperawatan masyarakat dengan melakukan survey mawas diri maupun hasil data dari PIS-PK atau berdasarkan data hasil skrining faktor resiko PTM dilakukan tabulasi data, kemudian data dibawa ke musyawarah masyarakat untuk menilai, menganalisis, permasalahan PTM yang ada di wilayah tersebut untuk memecahkan suatu masalah dengan menghasilkan solusi serta melaksanakan hasil pemecahan masalah tersebut secara bersama. 
Sehingga tujuan untuk pengendalian faktor resiko PTM dapat tercapai melalui peningkatan kemandirian masyarakat, demi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat yang mandiri dengan derajat kesehatan yang maksimal, terbebas dari PTM melalui GERMAS yang optimal, dalam bersikap CERDIK dan PATUH.



Thursday, January 10, 2019

Cegah Stunting Secara Dini Mungkin


Kunjungan Rumah Pasien Diabetes Melitus Secara Colaborasi dan Integratif

Apa itu kunjungan rumah secara Colaboratif dan Integratif???\

Asuhan keperawatan yang di lakukan secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan pasien sampai terdapat peningkatan kemandirian pada pasien..
Asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien penderita diabetes melitus yang diketahui keadaannya dari kunjungan PIS-PK
Pasien ini tidak mendapatkan pengobatan rutin bahkan tidak mengetahui program prolanis sehingga perlu dilakukan Asuhan Keperawatan yang berkesinambungan dengan melakukan manajemen Diabetes Melitus

1. Pasien di dapatkan dari kunjungan PIS PK ataupun pasien yang berkunjung ke Puskesmas yang baru terdeteksi Diabetes Melitus
2. Pasien diberikan layanan konseling kesehatan mengenai penyakit Diabetes Melitus dan Komplikasi penyakit Diabetes oleh dokter yang bertugas di Ruang  Nursing Center
3. Pasien di beri resep oleh dokter, dan dilakukan kontrak waktu selanjutnya untuk kunjungan rumah
4. Tahap kunjungan rumah pertama, saatnya berkolaborasi...........yaitu dilakukan oleh Nutrisionis , sebelum melakukan intervensi Nutrisionis mengulas selintas dan melakukan evaluasi mengenai tentang penyakit dan komplikasi Diabetes,  kemudian melanjutkan intervensi dengan tema diet diabetes dan olah raga teratur...
5. Tahap kunjungan rumah kedua, dilakukan oleh Apoteker.....sebelum melakukan intervensi, mengulang selintas materi sebelumnya mengenai diet hipertensi dan olah raga teratur, serta menanyakan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. selanjutnya melakukan intervensi sesuai Tupoksi yaitu membahas mengenai 5 benar cara minum obat, dan fungsi kegunaan obat Diabetes melitus......
6. Tahap kunjungan rumah ketiga, dilakukan oleh Perawat.......Sebelum melanjutkan intervensi, perawat mengulang selintas materi sebelumnya mengenai cara minum obat dan menanyakan hambatan dari minum obat, kemudian melakukan intervensi perawatan kaki dengan menjelaskan perawatan kaki, tanda gejala infeksi luka, penyebab luka, cara memotong kuku, memilih sepatu, senam kaki pada penderita Diabetes Melitus...
7. Tahap kunjungan rumah ke empat dilakukan oleh perawat , membahas pertemuan sebelumnya mengenai perawatan kaki, menanyakan hambatan  perawatan kaki dan selanjutnya melakukan intervensi dengan membahas gaya hidup sehat.. dan melakuna kontrak waktu selanjutnya untuk melakunan evaluasi berkunjung ke Puskesmas untuk periksa Gula Darah
8. Tahap selanjutnya pasien datang ke Puskesmas dengan pemeriksaan lab, dan disarankan ke Ruang NC untuk dilakukan evaluasi baik penyakitnya maupun peningkatan kemandirian pada keluarganya..............

dan semua hal tersebut tertuang dalam Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus
KEGIATAN KONSELING DALAM GEDUNG...............

Dengan tema kolaborasi, kebetulan dalam satu hari kami kedatangan beberapa tamu yang ingin melakukan layanan dalam konsultasi kesehatan

1. ibu ini datang ke layanan sentra keperawatan cococive care ingin berkonsultasi yang cemas dengan keadaan nya, sehingga membutuhkan teknik relaksasi dan distraksi dalam implementasi keperawatan



2. Pelayanan konsultasi dilakukan juga oleh nutrision (Ahli Gizi) pada orang tua dengan gizi kurang atau stanting, sesuai tujuan kita menurunkan angka stunting....yang nantinya akan berlanjut pada pelayanan komperhensive dengan kunjungan rumah 



3. Konseling HIV sangat di butuuhkan baik bagi penderita maupun tersangka, dan dilakukan oleh konselor yang terlatih



3. Selain pada orang sakit, kita juga mencegah orang sehat menjadi sakit dan agar tetap sehat, seperti adik -adik dari smp ini yang sengaja mau medical cake up dan berkonsultasi ke ruang nursing center mengenai beberapa penyakit tidak menular yang lagi trend saat ini



Semua ini akan menjadi PR untuk perawatan lanjutan secara komprehensif bagi yang membutuhkan asuhan keperawatan untuk mewujudkan keluarga sehat dan mandiri serta produktif





Nursing Center (Sentra Keperawatan) COCOCIVE CARE UPT Puskesmas Babakan Sari di resmikan pada tanggal 18 Desember 2018 oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung. Alasan berdirinya Nursing Center Cococive Care adalah:

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan  ekonomis. Hal ini hanya  dapat  dicapai  bila  masyarakat  baik  secara  individu maupun kelompok berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya, baik sehat secara individu maupun lingkungannya.
Dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 yang menegaskan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). PIS-PK dilaksanakan oleh Puskesmas dengan ciri sebagai berikut:
1)      Sasaran utama adalah Keluarga
2)      Mengutamakan upaya Promotif-Preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
3)      Kunjungan rumah dilakukan Pusksmas secara aktif untuk peningkatan outreach dan total coverage; dan
4)      Pendekatan siklus kehidupan atau life cycle approach.

Metode ini  merupakan bukan hal baru yang ada di puskesmas, melainkan sebelumnya sudah terbentuk dalam program perkesmas di puskesmas. Sesuai upaya Perkesmas diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat lebih bermutu karena diberikan secara holistik, komprehensif pada semua tingkat pencegahan terpadu, dan berkesinambungan.
Sehingga di bentuklah suatu inovasi dalam program perkesmas yaitu sentra keperawatan (nursing center) guna mencapai pelayanan kesehatan yang lebih bermutu secara holistik, komperhensif pada semua timgkat pencegahan, guna ter wujudnya masyarakat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan optimal. Sentra keperawatan ini kami kembangkang menjadi pelayanan yang bersifat kolaborasi agar masyarakat dapat diberikan layanan yang lebih optimal dengan tujuan stastus kemandirian masyarakat dapat bertambah, sentar keperawatan ini kami memberikan nama COCOCIVE CARE (conseling, colaboration, comprehensive)


                               Adapun kegiatan COCOCIVE Care ialah:
1.        Pelayanan keperawatan
Perawat sebagai pemberi layanan asuhan keperawatan di komunitas, baik pada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
2.        Kolaborasi
Kegiatan konseling yang berkesinambungan, sehingga menghasilkan suatu kolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan, ataupun pelayanan kesehatan yang di lakukan oleh beberapa tenaga kesehatan antara lain dokter, perawat, bidan, gizi, sanitarian.
3.        Pendidikan
Cococive Care sebagai ranah dalam sistem pendidikan baik keperawatan maupun  dokter layanan primer, dalam memberikan suatu konseling kesehatan sampai dengan memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan yang sama yaitu meningkatkan status kemandirian pada pasien
4.        Penelitian
Sebagai suatu profesi, Perawat bertanggung jawab atas kualitas pelayanan yang di berikan kepada pasien sehingga diperlukan kegiatan penelitian, dan hasil penelitian keperawatan dapat di gunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pendidikan dan organisasi profesi agar dapat menopang penelitian sebagai kebutuhan dan tuntunan masyarakat.

Tujuan dari Nursing Center COCOCIVE CARE adalah:
1.      Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang holistik dengan sistem kolaborasi dan konperhensif.
2.      Terselenggaranya sistem pendidikan yang berkualitas
3.      Tersusunnya rencana  dan pelaksanaan penelitian keperawatan secara berkualitas dengan efektif dan efisien
4.      Tersusunya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian ilmiah



Peresmian bersama Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UNPAD



Peresmian bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Tim Kesga Dinas Kesehatan Kota Bandung, Camat Kiara Condong, IPPKI, UNPAD, BSI Fak Keperawatan...

Semoga kami dapat mewujudkan cita - cita kami dalam meningkatkan kemandirian kesehatan masyarakat....

I

Saturday, September 6, 2014

MAKALAH KOMUNIKASI SEL

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah biologi tentang komunikasi sel. 
Adapun makalah ilmiah biologi tentang komunikasi sel ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.